Kementrian Agama Republik Indonesia
UIN Maulana Malik Ibrahim Malang
Sekolah Pasca Sarjana
Program Studi Pendidikan Bahasa Arab
Interlanguage
(Bahasa Antara)
Di Tinjau
dari Aspek Psikologi
Diajukan untuk memenuhi tugas pada
mata kuliah Psikolinguistik
Oleh
Moch Thohir (13720012) Dosen Pengampu
Nur Hasanah (137200…) Prof. Dr.
H. Dimjati Achmadin, M.Pd
Siti Imaniatul (13720031)
Tahun
Ajar
2013
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Dalam kajian bahasa, tak lepas dari istilah teori dan metodologi guna
mempermudah peserta didik dalam pembelajaran bahasa. Belajar bahasa Kedua (second
language) tidak banyak dieksplorasi hingga pertengahan abad
kedua puluh. Hal ini mulai diamati sama halnya seperti belajar bahasa pertama
yang telah dipelajari pada akhir 1960-an. Era ini dimulai dengan Fries
(1945) dengan “Analisa Kontrastif” (Contrastive Analysis) dan Lado
(1957), yang bersikeras pada kebutuhan untuk membandingkan pembelajar bahasa
asli (Native Language) dengan bahasa target mereka (Target Language) untuk
mengetahui bahan pengajaran yang paling tepat.[1] Tak cukup dengan konsep
teori di atas, maka muncullah teori lain
yang kemudian dikenal dengan istilah “Analisa Kesalahan” (Error
Analysis). Teori ini berasal dari pendapat, bahwa belajar pada
dasarnya merupakan suatu proses yang melibatkan pembuatan kesalahan, akhirnya
kedua teori ini berkembang menjadi teori “bahasa
antara” (Interlanguage).
Psikolinguistik merupakan
study tentang struktur mental dan proses yang terlibat di dalam pemerolehan dan penggunaan bahasa (acquisition
and use of language), studi tentang aspek linguistik pada pemerolehan bahasa
kedua (second language acquisition/SLA) tampak menonjol dan
memberikan perkembangan pada berbagai model pemerolehan
bahasa.[2]
Psikolinguistik
merupakan penggabungan antara dua kata 'psikologi' dan 'linguistik'.
Psikolinguistik mempelajari faktor-faktor psikologis dan neurobiologis yang
memungkinkan manusia mendapatkan, menggunakan, dan memahami bahasa. Kajiannya
semula lebih banyak bersifat filosofis, karena masih sedikitnya pemahaman
tentang bagaimana otak manusia berfungsi. Oleh karena itu psikolinguistik
sangat erat kaitannya dengan psikologi kognitif. Penelitian modern menggunakan
biologi, neurologi, ilmu kognitif, dan teori informasi untuk mempelajari cara
otak memroses bahasa.[3]
B. Rumusan
Masalah
a.
Apa pengertian dari
Interlanguage ?
b.
Apa aspek psikologi dalam bahasa antara ?
C. Tujuan
pembahasan
a.
Mengetahui pengertian dari
interlanguage.
b.
Mengetahui aspek psikologi dalam bahasa antara.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Interlanguage
a)
Pengertian
Istilah “interlanguage” berasal dari kata “inter”
dan “language, dalam istilah Indonesia berarti “bahasa antara” Interlanguage adalah
kajian bahasa yang mengacu pada
sistem bahasa di luar sistem B1, dan kedudukannya berada di
antara B1 dan B2 (Selinker,1972). Interlanguage ialah bahasa seseorang yang sedang
mempelajari bahasa lain; bahasa tersebut berbeda dari bahasa asal dan bahasa yang telah atau
sedang dipelajari. Dengan kata lain, bahasa antara
(selanjutnya ditulis BA) atau "interlanguage" ialah bahasa yang
kedudukannya berada di antara bahasa ibu dan bahasa sasaran yang sedang
dipelajari (Namser, 1971a; Selinker, 1972). Oleh karena itu, BA mempunyai tata
bahasa dan ciri-cirinya sendiri (Corder, 1971a; Adjemian, 1976). Dengan demikian,
BA dianggap sebagai suatu bahasa yang juga mempunyai sistem sendiri sebagaimana
bahasa alami (natural language) lainnya. [4]
konsep interlanguage
melibatkan hal-hal tentang pemerolehan bahasa kedua sebagai berikut.[5]
1.
Pembelajar membangun suatu
sistem tentang aturan bahasa yang abstrak
2.
Tata bahasa pembelajar
dapat menyerap.
3.
Tata bahasa pembelajar
merupakan suatu peralihan,
4.
Beberapa peneliti
menyatakan bahwa sistem pembelajar bahasa membangun variabel yang
bermacam-macam.
5.
Pembelajar menggunakan
berbagai macam strategi pembelajaran.
6.
Pembelajaran tata bahasa
bagaikan fosilisme.
Kajian bahasa antara membahas fenomena kebahasaan yang
muncul (emergence) akibat interaksi antarbahasa, bukan pada hasil akhir proses
interaksi tersebut (catatan: berupa kemampuan berbahasa kedua atau asing dan
terjemahan). Tetapi kajian tentang bahasa kedua atau pemelajaran bahasa asing
terkait dengan proses seseorang dari ekabahasawan (monolingual) menjadi
dwibahasawan (bilingual). Dalam hal ini ada 2 (dua) bahasa yang dilibatkan dalam
proses pemelajaran yaitu L1 dan L2.
b)
Proses Bahasa Antara
Menurut Selinker terdapat
fenomena-fenomenayang menarik dalam performansi Antarbahasa adalah butir-butir,
kaidah-kaidah, dan subsistem yang dapat difosilisasikan dengan bantuan lima
proses Antarbahasa, diantaranya adalah:[6]
a)
Transfer
bahasa (language transfer)
b)
Transfer latihan (transfer
of training)
c)
Siasat pembelajaran bahasa
kedua (strategies of second language learning)
d)
Siasat komunikasi bahasa
kedua (strategies of second language communication)
e)
Penyamarataan
yang berlebihan mengenai bahan linguistik bahasa sasaran (overgeneralization
of target language linguistik material)
Secara eksperimental butir-butir, kaidah-kaidah, dan
subsistem-subsistem yang dapat difolisasikan dalam performansi Antarbahasa
adalah merupakan akibat dari bahasa asli.
Selinker menghipotesiskan bahwa
kalimat proses yang berisi kaidah-kaidah dan ciri-ciri bahasa sasaran merupakan
inti dari pembelajaran bahasa kedua. Kelima proses di atas sangat penting bagi
pembelajaran dan pemerolehan bahasa kedua karena masing-masing dapat memaksa
butir-butir, kaidah-kaidah, dan subsistem yang terfolisasi muncul dan mungkin
tetap berada di dalam Antarbahasa dalam waktu yang tidak terbatas. Kombinasi
dari kelima proses tersebut dikenal dengan Kompetensi Antarbahasa yang
terfolisasi (Richards [ed], 1985 ; 37).
Sedangkan bila ditinjau dari
sudut pandang ”kesalahan” maka dapat dinyatakan, bahwa:
a.
Transfer
Bahasa adalah interferensi bahasa ibu
atau B1 kepada bahasa sasaran atau B2;
b.
Transfer
Latihan adalah kesalahan yang berkaitan
dengan hakikat bahan-bahan pembelajaran bahasa
dan pendekatan-pendekatannya sendiri;
c.
Siasat
Pembelajaran bahasa kedua adalah kesalahan yang berkaitan
dengan pendekatan sang pembelajar pada bahan atau bahasa yang dipelajari;
d.
Siasat
Komunikasi bahasa kedua adalah kesalahan yang berkaitan
dengan cara sang pembelajar yang berupaya berkomunikasi dengan para penutur
asli di dalam situasi pemakaian bahasa secara alamiah; dan
e.
overgeneralisasi
kaidah-kaidah bahasa sasaran adalah kesalahan yang berkaitan
dengan sang pembelajar menstrukturkan kembali dan mengorganisasi kembali bahan
linguistik atau materi kebahasaan (Omagio, 1986 : 276)
Namun Jean D’Souza (1977) berpendapat 5 proses
tersebut dapat diringkas menjadi 3 proses[7],
yaitu :
a.
Transfer bahasa (language
transfer)
Dalam proses ini, peserta
didik menggunakan bahasa asli (Native Language) untuk membantu dalam
menciptakan sistem bahasa target, namun terjadi kesalahan-kesalahan
berbahasa, baik dari aspek fonologi,
morfologi, sintaksis, maupun makna. Hal ini lebih
bisa disikapi bukanlah sebuah kesalahan, tetapi merupakan
proses yang harus dilewati semua pembelajar.
Sebagai contoh kita temukan
pelajar mengucapkan struktur kata “Child
Fruit” dengan maksud “Anak Buah”, kita tidak menemukan idiom kata
ini dalam bahasa inggris, dari itu banyak orang yang belajar bahasa Inggris
salah mengartikan bahwa belajar bahasa adalah mengkonversikan bahasa asli ke
Bahasa Target, sesungguhnya ini adalah hal yang keliru, mengapa? Karena
sesunggunhya tiap bahasa punya konsep/struktur sendiri. Tidak ada bahasa yang
sama antara yang satu dan lainnya.[8]
Seperti yang dijelaskan di atas, kasus ini terjadi karena
adanya proses pentransferan bahasa dari Bahasa asal ke Bahasa Target, atau oleh
Selinkers disebut sebagai Interferences/negative
language transfer. Transfer bahasa bisa bersifat positif atau negatif.
1. Transfer Positif
Transfer positif bisa
terjadi apabila struktur bahasa yang ditransfer itu memang
sama; artinya kaidah-kaidah bahasa
pertama yang ditansfer itu sama dengan kaidah bahasa kedua,
sehingga pentransferan tersebut menghasilkan bahasa target dengan benar. Semisal
peserta didik mengucapkan kalimat “it is raining now (saat ini hujan)” dengan
maksud menyatakan perbuatan yang sedang berlangsung saat sekarang.
2. Transfer Negatif
Adapun transfer bersifat negatif, apabila struktur bahasa asal yang ditransfer itu berbeda
dengan kaidah sasaran atau bahasa yang sedang dipelajari peserta
didik, seperti contoh kalimat “child fruit”.
b.
Overgeneralization.
Pembelajar menggunakan
aturan dari bahasa kedua yang tidak digunakan oleh native speaker. Sebagai
contoh, pembelajar bisa saja mengatakan “I goed home”, meng-overgeneralize
aturan bahasa Inggris dengan menambahkan –ed di akhir kata untuk membuat
bentuk lampau. Kesalahan ini terletak pada strategi pembelajaran.
c.
Simplification atau penyedehanaan.
Pembelajar menggunakan
bentuk bahasa yang sangat sederhana atau yang disederhanakan yang mirip dengan
bahasa yang diucapkan oleh anak-anak.
Adapun
bentuk-bentuk permukaan ucapan-ucapan Antar bahasa antara
lain :
i.
Ucapan
Ejaan (Spelling Pronunciations) ; sang pembicara mengucapkan kata-kata
sesuai dengan ejaannya. Sebagai contoh, orang Indonesia mengucapkan kata-kata
Inggris:
working paper diucapkan
[working peiper]
pioneer diucapkan [pioneer]
ii.
Ucapan
Sanak (Cognate Pronunciation) ; sang pembicara mengucapkan kata-kata
yang sama asalnya,contoh, orang Indonesia mengucapkan kata-kata Inggris:
athelete diucapkan
[atlit]
domestic diucapkan
[domestik]
iii.
Belajar
Holofrase (Holofrase Learning); contoh gabungan dari frasa Inggris:
half an-hour dibentuk one half an-hour
dalam bahasa Indonesia ; dua
puluh lima-dua puluh dan lima dua
puluh delapan-tiga puluh kurang dua
iv.
Hiperkoreksi
(Hypercorrection); contohnya:
menerangkan
diucapkan menerangken
makin diucapkan mangkin
mantap diucapkan
mantep
c)
Tahapan Perkembangan Bahasa Antara
Secara ringkas
teori tahapan perkembangan bahasa antara menurut Corder (1973) dapat dirangkum
sebagai berikut:[9]
a.
Tahapan Kegalatan Acak Pertama Si-Belajar berkata *Mary cans
dance" sebentar kemudian diganti menjadi "Mary can dance".
b.
Tahapan
kebangkitan Pada tahapan ini Si-Belajar mulai menginternalisasi beberapa kaidah
bahasa kedua tetapi ia belum mampu membetulkan kesalahan yang dibuat penutur
lain.
c.
Tahapan Sistematik Si-Belajar sudah mampu menggunakan
B2 secara konsisten walaupun kaidah B2 belum sepenuhnya dikuasainya.
d.
Tahapan Stabilisasi Si-Belajar relatif menguasai
sistem B2 dan dapat menghasilkan bahasa tanpa banyak kesalahan atau pada
tingkat post systematic menurut Corder.
2. Aspek Psikologi Dalam Bahasa Antara
Selinker mengemukakan teori interlanguage berdasarkan teori bahwa
setiap manusia memiliki ‘struktur psikologi yang terpendam atau tersembunyi
yang ada dalam otak’ yang akan aktif ketika manusia mempelajari bahasa kedua.
Selinker berpendapat bahwa pada situasi
tertentu ucapan-ucapan yang dihasilkan oleh pembelajar berbeda dari native
speaker walaupun sebenarnya memiliki maksud yang sama. Perbandingan ini
menghasilkan sistem linguistik tersendiri bagi pembelajar.
a)
Transfer Bahasa Pertama
Transfer bahasa dapat terjadi dalam tindakan
kebahasaan, terutama pada kedwibahasaan. Transfer merupakan pengaruh yang
dihasilkan dari persamaan dan perbedaan antara bahasa sasaran yang dipelajari
oleh seorang pembelajar bahasa dengan bahasa ibunya yang sudah dia peroleh
sejak kecil. Terjadinya transfer dikarenakan faktor pembelajaran bahasa.
Biasanya, pengaruh bahasa pertama (bahasa ibu) terbawa dalam bahasa kedua yang
sedang dipelajari. Namun, hal ini bisa pula terjadi sebaliknya. Karena itu ada istilah
transfer positif dan transfer negatif.
Transfer positif menyebabkan terjadinya integrasi
yang sifatnya menguntungkan kedua bahasa karena penyerapan unsur dari suatu
bahasa yang dapat berintegrasi dengan sistem bahasa penyerap. Sebaliknya,
transfer negatif akan melahirkan interferensi, yaitu penyimpangan
dari norma-norma bahasa dalam bahasa yang digunakan sebagai akibat pengenalan
terhadap bahasa lain. Transfer dalam kontak bahasa dapat terjadi dalam semua
tataran linguistik, baik fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, maupun
leksikon.
b)
Peran Kesadaran
Anak kecil
ketika memperoleh bahasa pertama seperti dalam kondisi tidak sadar, hal ini
berbeda dengan pembelajar bahasa kedua, terutama orang dewasa mereka harus
bekerja keras dan belajar bahasa tersebut dengan konsisten, jika ingin sukses
dalam hal tersebut. Perbandingan ini sebenarnya tidaklah akurat, meskipun untuk
pembelajar bahasa kedua (orang dewasa) mereka juga mampu untuk memperoleh
bahasa tersebut sama dengan anak-anak yang memperoleh bahasa ibu, sehingga
peran kesadaran merupakan ide pikiran yang kontroversi pada pemerolehan bahasa
kedua.[11]
Kedua pemikiran
tersebut memunculkan adanya pengetahuan implict (pemerolehan bahasa), dan
pengetahuan explicit (pembelajaran bahasa). Tetapi pengetahuan expicit akan
dapat membantu pembelajar dalam meningkatkan/ mengembangkan pengetahuan
implictnya. Dan untuk memperoleh bahasa kedua kita harus memiliki kesadaran
yang penuh dan akal gagal apabila dilakukan dengan tidak sadar.[12]
c)
Proses Pelaksanaan
Terdapat dua
proses pelaksanaan untuk mengidentifikasi perkembangan pemahaman interlanguage yaitu prinsip pelaksanaan
dan pelaksanaan contraints.
1. Prinsip
Pelaksanaan
Studi
pemerolehan bahasa pertama dari berbagai bahasa yang berbeda dapat
diidentifikasikan sesuai dengan srategi umum seperti halnya membiasakan
anak-anak untuk mengupayakan apa yang mereka mampu dari petikan dan bagian
informasi bahasa dari apa yang mereka dengar. Dan Slobin telah menyebut
strategiitu dengan istilah prinsip pelaksanaan. Dan prinsip ini menyediakan
cara yang mudah atau kelengkapan dari bahasa antara dengan cara seperti meminta
anak untuk mengungkapkan dari mana asal kata tersebut.
2. Kendala Proses
Dalam bagian
ini terdapat kumpul yang mengemukakan adanya teori yang berusaha
memperhitungkan secara seksama mengapa pembelajar pemerolehan tata bahasa dalam
urutan definisi dan juga mengapa pembelajar hanya mengembangkan tata bahasa
pada interlanguage secara sederhana.
d)
Strategi Komunikasi
peserta didik
sering mengalami masalah dalam mengatakan apa yang ingin mereka katakan karena
mereka tidak memadahi pengetahuan.
Dalam rangka
untuk mengatasi masalah ini mereka menempuh berbagai macam strategi komunikasi.
Misalnya, mereka dapat menghindari barang-barang bermasalah seperti kata kerja
membuat telah ada jumlah upaya untuk membangun model psikolinguistik untuk
menjelaskan strategi penggunaan komunikasi.
Mengusulkan
model produksi ujaran yang melibatkan perencanaan dan tahap pelaksanaan strategi komunikasi yang dilihat sebagai bagian dari
tahap pelaksanaan.
Mereka
dipanggil ketika peserta didik mengalami berbagai jenis masalah dengan rencana
awal yang mencegah mereka dari dijalankan. Mereka dapat meninggalkan rencana
awal dan mengembangkan yang sama sekali berbeda denga cara strategi pengurangan
(seperti beralih ke topik yang berbeda) atau mencoba untuk mempertahankan
tujuan aslinya komunikatif mereka dengan mengadopsi beberapa jenis strategi
prestasi.
Selinker telah
menunjukkan strategi komunikatif merupakan salah satu proses yang
bertanggungjawab dari kesalahan peserta didik. Kami harapkan, karena itu, bahwa
pilihan strategi komunikasi akan mencerminkan tahap perkembangan peserta didik.[13]
BAB III
PENUTUP
Smpulan
Interlanguage adalah bahasa seseorang yang sedang
mempelajari bahasa lain; "bahasa antara" berbeda dari bahasa ibu dan
dari bahasa yang sedang atau telah dipelajari. Dengan kata
lain,"interlanguage" ialah bahasa yang kedudukannya berada di antara
bahasa ibu dan bahasa sasaran yang sedang dipelajari. terdapat
fenomena-fenomenayang menarik dalam performansi Antarbahasa adalah butir-butir,
kaidah-kaidah, dan subsistem yang dapat difosilisasikan dengan bantuan lima
proses Antarbahasa, diantaranya adalah:
1.
Transfer
bahasa (language transfer)
2.
Transfer latihan (transfer
of training)
3.
Siasat pembelajaran bahasa
kedua (strategies of second language learning)
4.
Siasat komunikasi bahasa
kedua (strategies of second language communication)
5.
Penyamarataan
yang berlebihan mengenai bahan linguistik bahasa sasaran (overgeneralization
of target language linguistik material)
Perkembangan bahasa antara berjalan sesuai dengan tahapan
kegalatan acak, tahapan kebangkitan, tahapan sistematik, tahapan stabilisasi. Dan
aspek-aspek psikolinguistik yang mempengaruhi bahasa antara diantaranya adalah
transfer bahasa pertama, peran kesadaran dalam pemerolehan bahasa kedua, proses
pelaksanaan dan strategi komunikasi.
DAFTAR
PUSTAKA
Ahmadin,
Dimjati. 2013. “Course Material For Psycholinguistics”. Malang
Arifuddin,
2010. “Neuro Psikolinguistik”. Jakarta : PT. Rajagrafindo persada
Nur indah,
Rohmani dkk, 2008, “psikolinguistik konsep dan isu umum”. Malang : UIN Press
http://zahranajwahayati.blogspot.com/2013/03/bahasa-antara-interlanguage.html
http://affaimitie.blogspot.com/2011/10/makalah-interlanguage-variability.html
http://elgharybah.blogspot.com/2011/12/interlanguage-bahasa-antara.html
Lidahtinta.wordpres.com/2009/20/07/transfer-bahasa.
http://www.balitbangdiklat.kemenag.go.id/indeks/jurnal-kediklatan/518-interlanguage.html
[1] http://www.balitbangdiklat.kemenag.go.id/indeks/jurnal-kediklatan/518-interlanguage.html
[2] Dimjati Ahmadin, Course Material for
Psycholinguistik, hlm 36
[3] http://id.wikipedia.org/wiki/Psikolinguistik
[5] Dimjati Ahmadin, Course Material for
Psycholinguistik, hlm 37
[7] http://affaimitie.blogspot.com/2011/10/makalah-interlanguage-variability.html
[8] http://bapakdodo.blogspot.com/2012/12/apakah-yang-di-maksud-dengan.html
[10] Lidahtinta.wordpres.com/2009/20/07/transfer-bahasa.
[11] Djimjati
Ahmadin, Course Material for Psycholinguistic, Hlm. 36 (Thema by Ellis Road)
[12] Ibid, Hlm
37
[13] Ibid, Hlm 47
Tidak ada komentar:
Posting Komentar